Selamat Datang di Blogspot Geografi SMA Geo92 Elharis Putra

Rabu, 01 Januari 2014

Pedosfer
1.      Pengertian Tanah
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagaihorizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisikakimia, danbiologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.


Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklimorganisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.


a.      Proses Pembentukan Tanah
TanahProses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah. Faktor apa sajakah itu?
Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Hanya kedua faktor itukah yang memengaruhi pembentukan tanah? Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:

T = tanah
f = faktor
i = iklim
o = organisme
b = bahan induk
t = topografi
w = waktu


a. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu dan curah hujan.
1) Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat.
2) Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
b. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
1) Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
2) Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
3) Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
4) Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
c. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan Bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
d. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
Text Box: Sumber: www.asia.geocities.com Gambar 6.80 Tanah di daerah pantai

1) Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah

Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
2) Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
e. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda.

2. Jenis –jenis Tanah di Indonesia
1. Tanah Vulkanis
a. Tanah Andosol
·       Proses terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan
·       Ciri-ciri : warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur
·       Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara
·       Persebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi

b. Tanah Regosol
·       Proses terbentuknya : dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar
·       Ciri-ciri : berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik rendah
·       Pemanfaatannya : untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa
·       Persebaran : di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara
c. Tanah Aluvial (Tanah Endapan)
·       Proses terbentuknya : tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah dataran rendah
·       Ciri-ciri : warna kelabu dan peka terhadap erosi
·       Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian sawah dan palawija
·       Persebaran : Sumatera, Jawa bagian utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan

2. Tanah Organosol
a. Tanah Humus
·       Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan bahan-bahan organik
·       Ciri-ciri : warna kehitaman, mudah basah, mengandung bahan organik, sangat subur
·       Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian
·      
Organosol

Persebaran : Lampung, Jawa Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara

b. Tanah Gambut
·       Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan tumbuhan / bahan organik di daerah yang selalu tergenang air (rawa-rawa)
·       Ciri-ciri : bersifat sangat asam, unsur hara rendah sehingga tidak subur
·       Pemanfaatannya : untuk pertanian pasang surut
·       Persebaran : Pantai timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, Papua, Pantai Selatan
Tanah Gambut
3. Tanah Litosol (tanah berbatu-batu)
·       Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum sempurna) sehingga butirannya besar / kasar
·       Ciri-ciri : tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur, warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi
·       Pemanfaatannya : masih alang-alang, bisa untuk hutan
·       Persebaran : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Sumatera
4. Tanah Podzol
·       Proses terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi
·       Ciri-ciri : warna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap erosi, kurang subur
·       Pemanfaatannya : untuk pertanian palawija
·       Persebaran : Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Papua
Podsol
5. Tanah Laterit
·       Proses terbentuknya : Tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang meresap dan mengalir ke dalam tanah
·       Ciri-ciri : warna cokelat kemerah-merahan, tidak subur
·       Pemanfaatannya : untuk lahan pertanian
·       Persebaran : Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara
6. Tanah Mergel
·       Proses terbentuknya : dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena peristiwa air hujan
·       Ciri-ciri : tidak subur
·       Pemanfaatannya : untuk hujan jati
·       Persebaran : Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, Kediri, Madiun, Nusa Tenggara
7. Tanah Terarosa (Kapur)
a. Tanah Renzina
·       Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan tinggi
·       Ciri-ciri : warna putih sampai hitam, miskin unsur hara
·       Pemanfaatannya : untuk palawija, hutan jati
·       Persebaran : Gunung kidul , Yogyakarta
Terarosa
b. Tanah Mediteran
·       Proses terbentuknya : hasil pelapukan batuan kapur keras dan sedimen
·       Ciri-ciri : Warna putih kecoklatan, keras, tidak subur
·       Pemanfaatannya : untuk pertanian tegalan, hutan jati
·       Persebaran : Pegunungan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku, Sumatera
Ciri-ciri tanah di Indonesia:
·       Banyak mengandung unsur hara
·       Struktur tanahnya baik, artinya susunan butir-butir tanah tidak terlalu padat dan tidak terlalu lenggang
·       Cukup mengandung air yang berguna untuk melarutkan unsur hara
·       Mempunyai garam-garaman dalam jumlah banyak
Upaya untuk melestarikan sumber daya tanah:
·       Pemupukan diusahakan dengan pupuk hijau / pupuk kandang / pupuk kompos
·       Dibuat hutan-hutan cadangan pada lereng-lereng gunung
·       Membuat terassering / sengkedan di daerah-daerah miring
·       Membuat penghijauan dan reboisasi pada daerah yang gundul, dan sebagainya.
Reboisasi

3.   Erosi Tanah dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

 Tanah mempunyai peranan yang penting bagi manusia karena dapat digunakan untuk tempat tinggal, tempat tumbuhnya tanaman, mengandung barang tambang, dan tempat berkembangnya makhluk makhluk hidup. Tanah dapat mengalami kerusakan atau degradasi.

Kerusakan tubuh tanah akibat berlangsungnya perubahan-perubahan yang berlebihan hingga melenyapkan lapisan tertentu dikenal dengan istilah erosi. Erosi tanah dapat disebabkan oleh:
1.   Tanah yang gundul.
2.   Tanah yang miring yang tidak dibuat teras-teras.
3.   Tanah tidak dibuat tanggul penahan erosi.
4.   Adanya penebangan liar.
5.   Adanya penggembalaan liar.

Selain karena erosi, kerusakan tanah lainnya meliputi:
1.    Hilangnya unsur hara dan bahan organik di daerah perakaran.
2.    Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinasi).
3.    Terkumpulnya unsur atau senyawa yang menjadi racun bagi tanaman.
4.    Penjenuhan tanah oleh air (water logging).

a.      Erosi tanah

Erosi adalah proses pengikisan lapisan tanah oleh tenaga air. Erosi mengakibatkan hilangnya lapisan tanah paling atas yang banyak mengandung unsur hara. Ada empat jenis erosi tanah, yaitu:
1.    Erosi percik (Splash Erosion)
Erosi percik adalah proses pengikisan tanah yang terjadi akibat adanya percikan air hujan. Percikan tersebut menyebabkan partikel-pertikel tanah menjadi hancur dan kemudian diendapkan di tempat lain.

2.        Erosi lembar (SheetErosion)
Erosi lembar adalah proses pengikisan lapsan tanah paling atas dan tipis sehingga ketebalan tanahya berkurang. Ciri erosi lembar:  
a.      Air yang mengalir di permukaan tanah berwarna keruh (kuning kecokelatan).
b.      Warna tanah di sekitar wilayah tersebut menjadi lebih pucat.
c.       Terdapat bercak-bercak di permukaan tanah.
d.      Kesuburan tanah berkurang karena banyak unsur hara yang hilang.
3.         Erosi Alur (Riil Erosion)
Erosi alur terjadi jika erosi lembar berlangsung terus, pengikisan tanah pada saat air mengalir mengakibatkan terjadinya alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng daerah tersebut. Ciri-cirinya: alur-alur yang terbentuk oleh pengikisan amat jelas dan bentuknya relatif lurus di daerah yang berlereng dan berkelok.
4.         Erosi Parit (Gully Erosion)
Terbentuknya erosi parit prosesnya sama dengan erosi alur, namun saluran yang terbentuk pada erosi parit lebih dalam. Erosi ini umumnya terjadi pada daerah dengan lereng yang terjal. Ciri-ciri: lereng-lereng yang tererosi membentuk parit-parit yang dalam dengan penampang seperti huruf V atau U.

b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi

1.    Iklim
Faktor iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi tanah adalah hujan. Butir-butir air hujan dapat mengikis permukaan tanah dan dihanyutkan oleh aliran permukaan.
2.    Tanah
Faktor tanah yang mempengaruhi erosi adalah:
a.      Tekstur tanah
b.      Struktur tanah
c.       Infiltrasi
d.      Kandungan bahan organik
3.    Topogiafi
Pada lahan yang datar, percikan air dapat melebarkan partikel tanah ke segala arah, sedangkan pada lahan yang miring partikel tanah banyak yang terlempar ke arah bawah sesuai dengan kimiringan lereng.
4.    Vegetasi
Vegetasi penutup tanah berfungsi menahan jatuhnya air hujan langsung ke tanah dan menahan kecepatan aliran permukaan.
5.    Campur tangan manusia
Kegiatan manusia yang kurang bijaksana dalam mengelola hutan dan mengolah lahan berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan, terutama terjadinya erosi. Contoh: penebangan hutan secara liar menyebabkan terjadinya banjir bandang di beberapa wilayah di Indonesia.

Erosi tanah dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kesuburan tanah. Ciri-ciri tanah yang tingkat kesuburan tanahnya menurun antara lain:
a.       Partikel-partikel tanahnya hanyut.
b.       Terjadi perubahan struktur tanah.
c.        Kapasitas infiltrasi menurun.
d.       Terjadi perubahan profil tanah.
e.        Unsur hara lenyap.

Perbedaan kemampuan tanah berpengaruh terhadap aktivitas manusia dalam mengolahnya guna kelangsungan hidup. Tanah yang subur memiliki produktivitas yang tinggi, karena tanaman akan berkembang dengan baik.

Tanah yang subur dicirikan dengan tekstur dan struktur tanah yang baik, mengandung banyak garam dan air. Dilihat dari kesuburannya tanah dibedakan:
1.    Tanah muda
Ciri-ciri: unsur hara yang terkandung belum banyak sehingga belum subur.
2.    Tanah dewasa
Unsur hara pada tanah ini sangat banyak sehingga subur dan baik untuk pertanian.
3.    Tanah tua
Unsur hara sudah berkurang.
4.    Tanah sangat tua
Unsur hara yang terkandung sangat sedikit dan hampir habis. Tanah ini sangat tidak subur. Untuk menjaga kesuburan tanah, diperlukan unsur-unsur K, P, N, C, H, O, Na, S, Mg, Fe, Zn, B, Cu, dan Mn. Ada dua macam pupuk yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah yaitu:
a.         Pupuk alam (pupuk organik)
Pupuk ini dihasilkan dari sisa-sisa tanaman, hewan, atau manusia. Contoh: pupuk hijau, pupuk kandang, dan pupuk kompos.
a.         Pupuk buatan (anorganik)
Pupuk ini dibuat oleh pabrik. Contoh: pupuk urea, amonium sulfat, NP, NK, NPR, dan lain-lain.
vz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar